Pulau Pari adalah salah satu pulau di kepulauan seribu. Pulau terbesar nomor 2 setelah pulau Tidung. Bulan Oktober 2013 lalu kami sekeluarga berlibur ke pulau ini. Sudah jauh-jauh hari kami berencana pergi ke tempat ini, kira2 tiga bulan sebelumnya. Awalnya kami penasaran dengan cerita om dan acil yang lebih dulu ke pulau Pari ini.
Setelah berdiskusi mencari waktu libur sekolah anak dan hari libur nasional, diputuskanlah liburan kami dua hari sebelum Idul Adha (selasa). Orang tua kami ajak, adik-adik juga kami ajak.
Kami berangkat Minggu pagi dari rumah pukul 06.00 menuju ancol. Masuk wilayah ancol ini dikenakan biaya Rp 8rb/orang. Dalam satu mobil ada 12 orang. Tiba di ancol, kami menuju ke dermaga 6. Dikenalnya tempat ini sebagai Marina. Mobil kami parkir di sana dan diinapkan semalam.
Selama menunggu kami menghabiskan waktu berfoto dengan latar kapal boat atau kapal pesiar. Kapal pesiar yang kami sewa ini berkapasitas 40 orang.
Keberangkatan sempat tertunda, kata petugas yang memegang manifest daftar penumpang, tadi sudah dipanggil-panggil tidak ada karena posisi kami menunggu agak jauh dengan petugas itu. Karena kami belum tahu sebelumnya, kami menunggu dekat drop off penumpang turun dermaga 6, bukan pintu masuk menuju kapal, di dermaga 7.
Pak Yamin sebagai pemandu perjalanan wisata ke pulau pari mengarahkan kami untuk mendekat kapal yang baru merapat di dermaga. Ada kapal baru datang, kapalnya lebih besar, berkapasitas 80 orang.
Setelah berkumpul semua, kami dibagi tiket satu per satu. Ada keterangan di bagian tiket bahwa jika dikumpulkan sampai 10 tiket, akan dapat 1 tiket gratis perjalanan.
“Wah, asik donk.. Berarti dari keluarga kami hari ini yang berangkat sudah bisa mendapatkan satu kali perjalanan.
Selagi menunggu, abah membagikan biskuit bekatul. Mantap nih! Tidak lepas dengan bekatul yang memiliki banyak manfaat untuk menjaga stamina agar tetap fit dan sehat.
Kapal ada 2 tingkat. Kami duduk di bagian depan tingkat bawah, dekat ruang yang berisi tumpukan pelampung.
Karena kapal belum jalan masih sedikit bergoyang-goyang, karena riak gelombang yang masih kecil di sisi dermaga.
Kapal mulai bergerak ke tengah laut, rasnya seperti di dalam kendaraan kalau sudah jalan. Sesekali ada hentakan, ketika kapal menerjang ombak yang agak besar.
Perjalanan ke Pulau Pari ditempuh dalam waktu 50 menit. Di sana pak Yamin mengenalkan Pak Batak aka Wahyu dan Pak Bojes, selaku pemandu kami di pulau Pari ini.
Kami diajak ke penginapan. Uniknya penginapan di sini adalah rumah-rumah penduduk yang disewakan sesuai permintaan. Ada yang AC dan non AC. Di halaman rumahnya ada beberapa sepeda yang bisa digunakan untuk berkeliling di pulau Pari. Ada poros jalan utama sepanjang pulau Pari berjarak 2 km yang menghubungkan pantai satu dan lainnya.
Sekitar pukul 10.30 kami juga dikenalkan Mas Bojes, yang mengurus akomodasi, makan siang dan wisata selama di Pulau Pari.
“Kalau sudah siap, makan siang-nya bisa saya antar” katanya menjelaskan.
“Boleh Pak, sembari istirahat sebentar, makan siangnya boleh disiapkan”, pesan abah.
“Nanti kita mulai snorkeling, bada Dzuhur saja, biar tenang”. .. bersambung .. 🙂
Baca juga :
Tempat Wisata