28 Kali Miss Call

Bangun tidur, aku dikagetkan dengan suara pintu yang digedor. Jam di dinding menunjukan pukul 5 pagi.
“JIMM! …, JIMMY!”, teriakan suara dari pintu depan. Aku terburu-buru jalan menuju arah depan sambil mengucek-ngucek mata.
Begitu pintu kubuka, ”Wah! Kamu baru bangun, toh .. syukurlah. Ta’ kiro ada apa-apa?”, mas Dian sepupuku terlihat lega sambil menenteng helmnya. ”Ya, sudah. Bapakmu nelpon berkali-kali, telpon balik dulu sana, gih”. Mas Dian langsung pamit balik dengan motornya. Aku bergegas mencari ponselku yang masih tergantung di luar kamar dalam saku jaketku. Astagfirullah …  28 kali misscall rupanya ponselku berdering. Usut punya usut, ternyata suara ponsel dalam jaket yang lumayan tebal menyebabkan suara ringtone-nya ngga kedengaran sampai kamar. Langsung beberapa pesan yang masuk kubaca:

Pa, telpnya kok g diangkat? HP nya error lg? Pa ketiduran apa g punya pulsa? Pa cari wartel ya … – sms istriku, 28/10/07 19:36

Bah, no flexi sama no fren mas Jim brp ya? Ira telp ke mentari nya berkali2 g diangkat. Mksh  – sms istriku, 28/10/07 19:36

Ab telp berkali2 g ada jwban. Ira sp tanya juga ke ab. Jd ab jwb mentari ada ggn jaringan. Biar tenang. Jimy kecapen jd ketiduran. Segera kontak Ira klo bangun – sms abah, 28/10/07 21:04

Rupanya, banyak panggilan dari istri, abah dan adikku yang tak terjawab. Memang, minggu kemaren tidak seperti biasanya aku tidak memberi kabar atau sms barang sepatah dua patah kata pada istriku. Sms yang biasa, ”Ma, Pa dah di sampe …” rupanya sangat dinantikannya.Sewaktu pamitan dari rumah ibu mertua yang ada di Tanjungsari Sumedang, suasana jalan raya masih banyak orang mudik lebaran. Aku membawa koper. Apesnya, ketika naik Primajasa bis langganan, tidak ada satu tempat duduk pun yang kosong. Makanya aku duduk seadanya, tanpa kursi empuk yang nyaman untuk beristirahat selama perjalanan. Kondisi seperti itu, menjadikanku tidur kecapean setiba di rumah. Pagi itu, aku masih lemas. Aku telpon kembali keluarga, mengabarkan bahwa aku baik-baik saja. Sms singkat pun aku kirim ke mas Dian minta maaf  karena sudah bikin repot pagi-pagi ke rumah. Padahal jarak tempuh rumahku ke mas Dian lumayan. Tak lama, sms pun dibalas:

It’s ok man. That’s what family are for to care each other. Aku khawatir aja klo tiba-tiba masuk berita pagi di TV 😉 – Ramadhian, 29/10/07 06:57

Seminggu setelah bertemu istriku ia berkomentar, ”Jaman semakin maju, teknologi komunikasi makin canggih. Tapi kenapa malah tingkat stress orang makin tinggi karena ketergantungan dengan ponsel? Jaman dulu ngga padahal orang pamitan jauh keluar kota tanpa berbekal ponsel, rasanya ngga sampai sepanik ini … ”Aku dan istriku hanya tersenyum-senyum mengingat kembali kejadian 28 kali miss call …